09 Desember 2020

TEORI ANALISIS FAKTOR-HANS J. EYSENCK

 


Oleh:

Alia Nanda Rumekti (19310410066) 

Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian II

Terima kasih kepada bapak FX. Wahyu Widiantoro, S. Psi., M. A., selaku dosen pembimbing mata kuliah

 

Assalamu’alaikum, Nans…

Semoga sehat selalu ya.

            Hari ini kita akan lanjut belajar bareng lagi tentang salah satu tokoh Psikologi, yaitu Hans J. Eysenck. Eysenck lahir pada 4 Maret 1916 dan wafat pada 4 September 1997. Teori Eysenck yaitu teori Analisis Faktor didasari oleh pemikirannya bahwa klasifikasi tingkah laku adalah hal yang paling menentukan dalam kepribadian manusia (Suryabrata, 2016). Sederhananya, Eysenck mmandng bahwa kpribadian berasal dari keturunan namun juga dipelajari dari lingkungan  (Alwisol, 2017).

            Nah, Eysenck punya 4 (empat) kriteria dalam mengidentifikasi faktor daan kriteria-kriteria ini dipengaruhi oleh keturunan atau genetika. Kriteria tersebut adalah terdapat bukti psikometrik, memiliki keterwarisan, masuk akal secara teoritis, dan harus memiliki relevansi sosial. Faktor kepribadian menurut Eysenck disusun dalam hierarki.

 


  1. Tipe: organisasi dalam individu secara umum.
  2. Trait: adalah adalah respon kebiasaan yang saling berhubungan dan cenderung ada pada setiap individu.
  3. Kebiasaan tingkah laku atau berpikir (habitual respon): sifatnya lebih umum daripada respon spesifik, dimana respon-respon dalam habitual respon terjadi berulang-ulang terjadi jika individu menghadapi kondisi atau situasi yang sejenis.
  4. Respon spesifik: sifatnya lebih khusus, dimana respon terjadi pada suatu keadaan atau kejadian tertentu.

Lanjut ya, Nans…

            Tipologi kepribadian menurut Eysenck ada 2 (dua), yaitu ekstravert dan introvert. Introvert memiliki kecenderungan untuk menunjukkan depresi dan ketakutan, sedangkan ekstravert memiliki kecenderungan untuk mengembangkan gejala histeria  (Pieter, 2010).

            Nah,  selain  2 (dua) tipe ini, Eysenck juga mengungkapkan bahwa ada 3 (tiga) tipe dimensi kepribadian yang lebih cenderung dipengaruhi oleh faktor keturunan daripada lingkungan, yaitu ekstraversi, neurosis, dan psikotis  (Feist, 2011). Ekstraversi adalah tipe yang memiliki kendali diri yang kuat terhadap rangsang dan trauma, sehingga ia lebih mampu menahan dan mengontrol dirinya. Kemudian neurotik adalah dimensi yang didalamnya terdiri dari orang normal hingga yang memiliki gejala neurosis. Terakhir adalah psikosis. Psikosis menurut Eysenck, terdiri atas 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Pada individu dengan psikosis tinggi, ia akan cenderung agresif dan kurang bahkan tidak bersahabat. Nah, sedangkan pada individu dengan psikosis yang rendah akan cenderung lebih ramah dan bersahabat.

 

Oke, ini dulu ya Nans. Semoga bermanfaat, thank you so much for reading dan see you on the next article.

Assalamu’alaikum…


Daftar Pustaka:

Alwisol. (2017). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Feist, J. & Feist, G.  J. (2011). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Pieter, H. Z. (2010). Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana.

Suryabrata, S. (2016). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar