11 Desember 2020

TEORI SOCIAL LEARNING-MARTIN SELIGMAN & WALTER MISCHEL

 

Oleh:

Alia Nanda Rumekti (19310410066)

Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian II

Terima kasih kepada bapak FX. Wahyu Widiantoro, S. Psi., M. A., selaku dosen pembimbing mata kuliah


Assalamu’alaikum, Nans…

Semoga sehat selalu ya. Hari ini kita akan lanjut belajar bareng lagi tentang salah satu tokoh Psikologi, yaitu Martin Seligman dan Walter Mischel. Martin Seligman lahir pada 12 Agustus 1942. Seligman adalah pencetus Psikologi Positif, Nans. Dalam Psikologi Positif, Seligman fokus kepada pengkajian tentang kekuatan dan kebajikan yang bisa membuat seseorang atau sekelompok orang agar menjadi berhasil dalam hidup atau meraih tujuannya, sehingga ia menjadi bahagia. Teori ini bertujuan untuk menyembuhkan penyakit mental, mengembangkan potensi, dan membuat kehidupan manusia lebih bermakna.

            Pokok teori Psikologi Positif ini terletak pada authentic happiness atau kebahagiaan yang nyata. Menurut Seligman, kebahagiaan merupakan tujuan yang paling utama karena kebahagiaan dapat menjadi alternatif bukan haanya perilaku negatif, tapi juga penyakit jiwa. Nah, ada tigacara untuk Bahagia menurut Seligman nih, Nans:

1.       Pleasant life (Life of Enjoyment): memiliki hidup yang menyenangkan dan meraih kenikmatan sebanyak mungkin.

2.      Good life (Life of Engagement): memiliki keterlibatan dalam hubungan, pekerjaan, atau yang

3.      Meaningful life (Life of Contribution): memiliki semangat melayani, berkontribusi, dan bermanfaat untuk orang lain.

Psikologi Positif memandang manusia sebagai sosok yang positif. Sehingga manusia tidak hanya dipandang dari masalah psikologis yang dihadapinya, tetapi lebih penting jika dilihat dari well-being, fully function atau berfungsi penuh), dan Kesehatan mentalnya.

Sedangkan Walter Mischel lahir pada 22 Februari 1930 dan wafat pada 12 September 2018. Nah, Mischel ini teorinya hampir mirip-mirip sama Bandura, Nans. Menurutnya kepribadian dan tingkah laku manusia itu sebagian besar dipengaruhi oleh hasil peniruan terhadap perilaku orang lain. Selain itu, Mischel juga mencetuskan teori belajar kognitif.

Beberapa hal penting dari teori ini adalah:

1.      Sistem Kepribadian Kognitif-Afektif

Perilaku manusia umumnya dibentuk oleh dari sifat kepribadian yang stabil, termasuk sejumlah variabel personal.

2.      Disposisi

Terdiri dari disposisi personal dan disposisi kepribadian. Disposisi personal memiliki konsistensi sepanjang waktu tapi konsistensi antar situasi rendah. Sedangkan diposisi  kepribadian memiliki konsistensi yang relatif stabil untuk berinteraksi dengan unit kognitif-afektif untuk menghasilkan  suatu perilaku.

3.      Unit Kognitif-afektif

Unit kognitif-afektif adalah adalah seluruh aspek psikologis, sosial, dan fisiologis manusia yang menyebabkan terjadinya interaksi dengan lingkungan dengan pola yang stabil. Nah, unit ini terdiri dari:

a.       Strategi encoding: cara individu mengategorisasikan informasi yang diterima dari stimulus eksternal.

b.      Kompetensi dan Strategi Regulasi Diri:  kompetensi diri berkaitan dengan keyakinan atas apa yang dapat dilakukan individu. Individu juga menggunakan strategi regulasi diri untuk mengontrol perilaku mereka melalui tujuan dan konsekuensi bagi dirinya sendiri.

c.       Ekspektasi dan Keyakinan: menurut Mischel, perilaku individu bergantung pada ekspektasi dan keyakinan yang spesifik dari setiap perilaku yang berbeda-beda. Ekspektasi ada dua, yaitu perilaku-hasil dan stimulus-hasil. Menurut Mischel, ketidakkonsistenan perilaku adalah ketidakmampuan untuk memprediksi perilaku orang lain. Karena saat terjadi perilaku atau ketidakkonsistenan pada sifat-sifat kepribadian, dapat mengurangi keyakinan tentang bagaimana harus bersikap.

d.      Tujuan dan Nilai: Mischel mengartikan bahwa individu adalah pasif secara situasi namun aktif dan terarah pada tujuan-tujuannya. Karena tujuan, nilai, dan kompetensi adalah unit kognitif-afektif yang stabil.

e.       Respons Afekif: mencakup emosi, perasaan, dan reaksi fisiologis. Respon afektif ini  tidak bisa dilepaskan dari proses kognitif dan memengaruhi setiap unit kognitif-afektif lainnya.

Oke, ini dulu ya Nans. Semoga bermanfaat, thank you so much for reading dan see you on the next article.

Assalamu’alaikum… 



Daftar Pustaka:

Feist, J. &. (2011). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Sarmadi, S. (2008). Psikologi Positif. Yogyakarta: Titah Surga.

 

 

 


09 Desember 2020

TEORI STIMULUS RESPON-JOHN DOLLARD & NEAL E MILLER

 


Oleh:

Alia Nanda Rumekti (19310410066) 

Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian II

Terima kasih kepada bapak FX. Wahyu Widiantoro, S. Psi., M. A., selaku dosen pembimbing mata kuliah


Assalamu’alaikum, Nans…

Semoga sehat selalu ya.

            Hari ini kita akan lanjut belajar bareng lagi tentang salah satu tokoh Psikologi, yaitu John Dollard dan Neal E. Miller. John Dollard lahir pada 29 Agustus 1900 dan wafat pada 8 Oktober 1980. Neal E. Miller lahir pada 3 Agustus 1909 dan wafat pada 3 Maret 2002. Kedua tokoh ini berkolaborasi dan melahirkan teori yang disebut teori stimulus-respon. Mereka beranggapan bahwa suatu kebiasaan adalah salah satu elemen dalam struktur kepribadian. Sehingga pembentukan kebiasaan sangat diperlukan dalam suatu proses belajar. Selain itu, dalam belajar seseorang perlu memiliki keinginan, melakukan proses pengerjaan, dan mendapatkan apa yang ia inginkan.

            Menurut Dollard dan Miller, ada 4 unsur penting dalam teori ini, yaitu:

1.      Drive (dorongan): stimulus yang memaksa individu untuk melakukan tindakan.

2.      Cue (isyarat): stimulus yang memberi pertunjuk perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya.

3.      Response (respon): aktivitas yang dilakukan seseorang, namun harus terjadi terlebih dahulu sebelum dikaitkan dengan respon.

4.      Reinforcement (penguatan): penguatan adalah pereda dorongan atau drive reduction.

Lanjut bacanya ya Nans, dikit lagi kok :D

Dalam teori ini, motivasi dan dorongan sangat diperhatikan. Dorongan terdiri dari dorongan primer dan dorongan sekunder. Dorongan primer adalah dorongan yang muncul sebagai dorongan utama yang mendasari munculnya dorongan kedua. Dorongan primer ini misalnya lapar. Kemudian, dari rasa lapar tersebut muncul rasa cemas yang disebut dorongan sekunder atau kedua.

            Dalam teori ini juga mempercayai adanya generalisasi stimulus, dimana semakin mirip suatu stimulus, maka kemungkinan terjadinya perilaku tertentu akan semakin besar. Suatu reasoning juga sangat diperlukan untuk mengantisipasi respon agar lebih efektif. Selain itu, menurut Dollard dan Miller, Bahasa mampu menguatkan tingkah laku, menggambarkan konsekuensi yang akan datang, dan suatu konflik dapat membuat individu merespon segala sesuatu secara normal. Dollard dan Miller memandang ketidaksadaran menjadi 2 (dua), yaitu yang belum pernah dipelajari dan yang pernah dipelajari.

Nah, terakhir. Psikoterapi menurut Dollard dan Miller adalah menggunakan analisis belajar, seperti sublimasi, pembelajaran sistem  syaraf otonom, dan displacement.

Oke, ini dulu ya Nans. Semoga bermanfaat, thank you so much for reading dan see you on the next article.

Assalamu’alaikum…

 

Daftar Isi:

Alwisol. (2017). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Feist, J. & Feist, G. J. (2011). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Sari, C. F. (2020). The Miracle of Thinking Big. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

Semiun, Y. (2020). Behavioristik: Teori-teori Kepribadian. Yogyakarta: Kanisius.

 

 

           

 

 

TEORI ANALISIS FAKTOR-HANS J. EYSENCK

 


Oleh:

Alia Nanda Rumekti (19310410066) 

Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian II

Terima kasih kepada bapak FX. Wahyu Widiantoro, S. Psi., M. A., selaku dosen pembimbing mata kuliah

 

Assalamu’alaikum, Nans…

Semoga sehat selalu ya.

            Hari ini kita akan lanjut belajar bareng lagi tentang salah satu tokoh Psikologi, yaitu Hans J. Eysenck. Eysenck lahir pada 4 Maret 1916 dan wafat pada 4 September 1997. Teori Eysenck yaitu teori Analisis Faktor didasari oleh pemikirannya bahwa klasifikasi tingkah laku adalah hal yang paling menentukan dalam kepribadian manusia (Suryabrata, 2016). Sederhananya, Eysenck mmandng bahwa kpribadian berasal dari keturunan namun juga dipelajari dari lingkungan  (Alwisol, 2017).

            Nah, Eysenck punya 4 (empat) kriteria dalam mengidentifikasi faktor daan kriteria-kriteria ini dipengaruhi oleh keturunan atau genetika. Kriteria tersebut adalah terdapat bukti psikometrik, memiliki keterwarisan, masuk akal secara teoritis, dan harus memiliki relevansi sosial. Faktor kepribadian menurut Eysenck disusun dalam hierarki.

 


  1. Tipe: organisasi dalam individu secara umum.
  2. Trait: adalah adalah respon kebiasaan yang saling berhubungan dan cenderung ada pada setiap individu.
  3. Kebiasaan tingkah laku atau berpikir (habitual respon): sifatnya lebih umum daripada respon spesifik, dimana respon-respon dalam habitual respon terjadi berulang-ulang terjadi jika individu menghadapi kondisi atau situasi yang sejenis.
  4. Respon spesifik: sifatnya lebih khusus, dimana respon terjadi pada suatu keadaan atau kejadian tertentu.

Lanjut ya, Nans…

            Tipologi kepribadian menurut Eysenck ada 2 (dua), yaitu ekstravert dan introvert. Introvert memiliki kecenderungan untuk menunjukkan depresi dan ketakutan, sedangkan ekstravert memiliki kecenderungan untuk mengembangkan gejala histeria  (Pieter, 2010).

            Nah,  selain  2 (dua) tipe ini, Eysenck juga mengungkapkan bahwa ada 3 (tiga) tipe dimensi kepribadian yang lebih cenderung dipengaruhi oleh faktor keturunan daripada lingkungan, yaitu ekstraversi, neurosis, dan psikotis  (Feist, 2011). Ekstraversi adalah tipe yang memiliki kendali diri yang kuat terhadap rangsang dan trauma, sehingga ia lebih mampu menahan dan mengontrol dirinya. Kemudian neurotik adalah dimensi yang didalamnya terdiri dari orang normal hingga yang memiliki gejala neurosis. Terakhir adalah psikosis. Psikosis menurut Eysenck, terdiri atas 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Pada individu dengan psikosis tinggi, ia akan cenderung agresif dan kurang bahkan tidak bersahabat. Nah, sedangkan pada individu dengan psikosis yang rendah akan cenderung lebih ramah dan bersahabat.

 

Oke, ini dulu ya Nans. Semoga bermanfaat, thank you so much for reading dan see you on the next article.

Assalamu’alaikum…


Daftar Pustaka:

Alwisol. (2017). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Feist, J. & Feist, G.  J. (2011). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Pieter, H. Z. (2010). Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana.

Suryabrata, S. (2016). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.


26 November 2020

TEORI OPERANT CONDITIONING- B. F. SKINNER


Oleh:

Alia Nanda Rumekti (19310410066)

 

Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian II

Terima kasih kepada bapak FX. Wahyu Widiantoro, S. Psi., M. A., selaku dosen pembimbing mata kuliah

 

Assalamu’alaikum, Nans…

Semoga sehat selalu ya. Hari ini Nana mau ngajak kalian buat belajar bareng tentang salah satu tokoh Psikologi yang sering kita dengar namanya. Ia adalah B. F. Skinner. Skinner  lahir pada 20 Maret 1904 dan wafat pada 18 Agustus 1990 (Feist, 2011). Skinner adalah pelopor aliran  behaviorisme dengan teori operant conditioning-nya.

Nah, awalnya teori ini dicetuskan oleh E. L. Thorndike. Teori ini kemudian dikembangkan oleh B. F. Skinner. Sebutan Operant Conditioning ini lebih khas kepada Skinner, karena  Thorndike menyebut Operant Conditioning lebih kepada instrumental conditioning. Keduanya memiliki persamaan, diantaranya belajar sebagai hasil dari hubungan atau interaksi antara stimulus dan  respon. Persamaan lain yang berhubungan dengan belajar yaitu adanya perubahan perilaku menandakan bahwa individu telah mengalami proses belajar.

Fokus utama dari teori ini adalah reinforcement (penguatan) dan punishment (hukuman). Suatu penguatan dinilai sangat berpengaruh dalam pembentukan tingkah laku. Ada dua jenis penguatan, yaitu Positive reinforcement (penguatan positif) dan negative reinforcement (penguatan negatif). Penguatan positif digunakan untuk mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Sedangkan penguatan negatif digunakan untuk memadamkan atau menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan (Alwisol, 2017).

Lanjut Nans…

Ada sedikitnya 3 (tiga) poin penting dalam proses terbentuknya tingkah laku menurut teori ini yaitu pembentukan (shaping), pendekatan berangsung (successive approximate), dan penghilangan atau pemadaman (extinction). Pembentukan salah satunya ditunjukkan dengan menciptakan tingkah laku baru. Teknik pendekatan berangsur ditunjukkan para percobaan Skinner. Sedangkan penghilangan atau pemadaman (extinction). Hal ini dilakukan untuk menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan.

Percobaan Skinner menggunakan burung merpati dan bintik cahaya. Percobaan ini bermaksud untuk membentuk perilaku merpati yaitu mematuk bintik cahaya untuk mendapatkan makanan. Percobaan ini berlangsung dengan cara pendekatan berangsung.  Pertama, merpati dibiasakan untuk makan di bawah bintik cahaya. Kemudian merpati akan mendapatkan makanan jika ia berdiri di dekat bintik cahaya dan melihat ke bintik cahaya. Ketiga, merpati akan mendapatkan makanan saat mematuk bintik cahaya.

Teori ini dapat dikatakan tidak menginginkan adanya hukuman. Suatu hukuman dinilai mampu menurunkan respon atau menghilangkan suatu respon atau tingkahlaku. Sederhanya, hukuman ini dibedakan dengan penguatan negatif. Karena pemberian hukuman sebatas pada pemberian stimulus yang tidak menyenangkan. Menurut Skinner, hukuman diberikan untuk mengurangi kemungkinan suatu perilaku untuk terulang kembali di masa mendatang  (Hall, 1993). Teori Operant Conditioning ini juga berkaitan dengan generalisasi stimulus dan diferensiasi/diskriminasi stimulus. Generalisasi stimulus adalah munculnya suatu perilaku yang telah dipelajari dalam suatu situasi dilakukan dalam kesempatan lain namun situasinya sama. Sedangkan diferensiasi stimulus adalah proses belajar bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu situasi namun tidak dalam situasi lain.

Nah, sampai ini dulu ya Nans. Semoga bermanfaat dan sampai ketemu di artikel tokoh-tokoh selanjutnya 😊

Assalamu’alaikum…

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Alwisol. (2017). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Publisher.

Feist, J. & Jeist, G. J. (2011). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Hall, S. C., & Lindzey, G., diterjemahkan oleh: Supratiknya, A. (1993). Psikologi Kepribadian 3: Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius.

 

 

 

 

 

TEORI BELAJAR SOSIAL-ALBERT BANDURA

 


Oleh:

Alia Nanda Rumekti (19310410066)

 

Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian II

Terima kasih kepada bapak FX. Wahyu Widiantoro, S. Psi., M. A., selaku dosen pembimbing mata kuliah

 

Assalamu’alaikum, Nans… Semoga sehat selalu ya.

Hari ini Nana mau ajak kalian buat belajar bareng tentang Teori Belajar Sosial dari Albert Bandura. Albert Bandura adalah salah satu tokoh aliran behaviorisme yang lahir pada 4 Desember 1925. Ia adalah pencetus Teori Belajar Sosial. Sekilas teorinya ini hampir mirip dengan teori behaoristik B. F. Skinner. Tapi ada perbedaan yang cukup mencolok dari keduanya. Bandura mengungkapkan bahwa reinforcement atau penguatan tidak terlalu berperan dalam pembentukan perilaku manusia. Menurutnya, yang paling berperan dalam hal ini adalah peniruan terhadap perilaku orang lain. Sedangkan menurut Skinner, reinforcement adalah hal yang paling penting dalam pembentukan perilaku manusia.

Struktur kepribadian dari Albert Bandura terdiri dari self system, regulasi diri, efikasi diri, sumber efikasi diri, dan efikasi diri sebagai predikor tingkah laku (Alwisol, 2017). 

 


        Bagan tersebut adalah bagan model peniruan perilaku sosial dimana seluruh elemen atau determinan dalam bagan tersebut menunjukkan hubungan. Determinan tersebut adalah personal atau diri, behavioral atau perilaku, dan environmental atau lingkungan. Secara sederhana, bagan ini menunjukkan bahwa diri atau pribadi, perilaku, dan lingkungan, saling berhubungan (Isti'adah, 2020). Sebagai contoh, seorang anak melakukan perilaku memukul. Menurut bagan belajar sosial Bandura ini, anak tersebut memiliki perilaku yang asli dari kepribadiannya sendiri sebagai peniru. Kemudian, ada behavior atau tingkah laku yang ditiru yaitu memukul. Dan tingkah laku tersebut didukung oleh lingkungannya, misalnya salah satu anggota keluarganya ada yang suka memukul, atau ia sering dipukul oleh orangtuanya. Jika ketiga hal tersebut dihubungkan, maka akan membentuk perilaku baru sebagai hasil peniruan sosial atau peniruan tingkah laku orang lain.

Proses pembelajaran sosial Albert Bandura didasarkan pada 3 (tiga) hal, yaitu observasional learning, pemodelan, dan enactive learning. Contoh proses tahapan belajar sosial dari diagram tersebut dalam kehidupan sehari-hari salah satunya pada anak yang suka mencubit temannya. Pada tahap belajar sosialnya, ia akan mengawali dari observasional learning atau pembelajaran melalui hal yang bisa diamati atau dirasakan, misalnya saat anak ini menerima cubitan dari ibunya. Saat itu, si anak melihat perilaku mencubit dan merasakan rasanya dicubit. Kemudian proses belajar ini berlanjut pada proses pemodelan. Pemodelan ini terbagi atas 4 proses, yaitu perhatian, representasi, reproduksi, dan motivasi. Pada proses perhatian, si anak akan memperhatikan perilaku yang dilakukan oleh orangtuanya dalam hal ini adalah detail perilaku mencubit. Kemudian anak akan merepresentasikan atau mengartikan perilaku tersebut dalam memorinya. Selanjutnya anak akan menghasilkan perilaku sesuai dengan yang diterimanya. Dalam hal ini, anak melakukan cubitan dengan gerakan yang sama dengan yang dilakukan oleh orangtuanya. Pada akhirnya, anak akan termotivasi untuk melakukan perilaku tersebut secara berkelanjutan.

            Lanjut ya, Nans…

         Setiap respon pasti diikuti oleh konsekuensi. Konsekuensi itu berfungsi sebgai pemberi informasi, memotivsi tingkah laku mendatang, dan penguat tingkah laku. Pemberian informasi ini adalah pemberitahuan tentang dampak dari tingkah laku. Tingkah laku terjadi karena dipengaruhi oleh motivasi di masa mendatang. Konsekuensi ini juga dapat menjadi penguat suatu tingkah laku. Penguatan ini ada dua ya Nans, penguat positif dan negatif. Penguatan positif digunakan untuk mempertahankan perilaku. Penguat negatif digunakan untuk menghilangkan perilaku.

    Bandura juga mengungkapkan contoh-contoh psikopatologi dan psikoterapinya. Psikopatologi itu memuat perilaku disfungsi, seperti fobia, agresi, dan depresi. Sedangkan psikoterapi Bandura lebih kepada terapi kognisi sosial (Feist, 2011).  

            Nah, sampai ini dulu ya Nans. Semoga bermanfaat dan sampai ketemu di artikel tokoh-tokoh selanjutnya 😊

Assalamu’alaikum…

               

Daftar Pustaka

 

Alwisol. (2017). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Feist, J. &. (2011). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Isti'adah, N. F. (2020). Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan. Tasikmalaya: Edu Publisher.

 

22 Oktober 2020

 

TEORI FAKTORIAL-RAYMOND B. CATTEL


oleh:

Nama                          :Alia Nanda Rumekti 19310410066

Mata Kuliah              : Psikologi Kepribadian II

Dosen Pengampu      : FX. Wahyu Widiantoro, S. Psi., M. A

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

Assalamu’alaikum, Nans..  

Semoga sehat selalu ya…

Kalau tadi kita udah belajar tentang Teori Konstruk Personal dari George A. Kelly. Sekarang kita akan belajar tentang Teori Faktorial dari Raymond B. Cattel. Udah siap? Mulai yuk!

Raymond B. Cattel adalah salah satu tokoh psikologi yang lahir pada 20  Maret 1905 dan wafat pada 2 Februari 1998. Teori yang paling terkenal dari Cattel adalah Teori Faktorial, karena menurutnya sangat banyak dimensi kepribadian yang dapat diukur. Pokok-pokok teori Cattel diantaranya:

1.      Trait

Menurut Cattel, trait adalah suatu struktur mental atau suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati untuk menunjukkan ketetapan dari suatu perilaku. Trait dikelompokkan ke tiga bagian, yaitu:

a.       Kepemilikan (umum-khusus, Common-Unique Traits)

Traits umum berarti trait yang dimiliki oleh setiap orang dan sifatnya universal dan trait khusus berarti trait yang dimiliki satu orang saja atau beberapa orang yang memiliki trait berbeda.

b.      Kedalaman (permukaan-sumber, Surface-Source Traits)

Trait permukaan berarti sifat yang tampak dan menjadi tema umum beberapa tingkah laku. Sedangkan trait sumber berarti elemen-elemen dasar yang menjelaskan tingkah laku.

c.       Modalitas Ekspresi (Kemampuan-Temperamen-Dinamik, Ability-Temperament-Dynamic)

Trait kemampuan berarti trait yang menentukan keefektifan seseorang dalam usaha mencapai tujuan. Trait temperament berarti trait yang merupakan  gaya atau irama tingkah laku. Sementara Trait dinamik berarti trait yang merupakan motivasi atau pendorong tingkah laku.

2.      Erg (kostitusional, dinamika,  sifat asal)

Erg adalah istilah yang memungkinkan untuk menunjukkan pentingnya faktor dasar dalam tingkah laku. Erg dibawa sejak lahir. Ada tiga komponen dalam erg, yaitu kogitif, afektif, dan konatif, dimana ketiganya merupakan hal yang mendasari kepribadian.

3.      Metaerg (mode lingkungan, dinamika, dan sifat asal)

Masih berkaitan dengan Erg. Metaerg adalah hasil dari factor pengalaman atau sosiokultural. Jadi, kalau Erg diawa sejak lahir, tapi kalua Metaerg terbentuk saat dalam perkembangan individu.

4.      Pengertian Subsidiation

Untuk memahami hubungan sifat-sifat harus disangkutkan dengan tujuan tertentu yang merupakan puncak. Dalam hal ini adalah Erg, sentiment, attitude, dan interest digambarkan dalam rantai subsidization, yaitu interest sebagai tujuan sementara tiga, attitude sebagai tujuan sementara dua, sentiment sebagai tujuan sementara satu, dan Erg sebagai tujuan terakhir.

5.      Self

Self adalah aspek yang mengorganisasikan dan menjamin stabilitas struktur sifat dan interaksinya. Atau dalam arti lain self mengintegasikan segala komponen kepribadian, sehingga kepribadian menjadi satu kesatuan.

6.      Spesification Equation

Ini merupakan perhitungan, ukuran, atau nilai yang merupakan arahan yang ditunjukkan Cattel tentang arah seharusnya dalam penyelidikan tingkah laku.

Oke, lanjut ya, Nans.

Cattel menilai perkembangan sebagai suatu proses belajar. Ia menggambarkannya dengan serangkaian titik kejadian sebagai penjelmaan dari pola tingkah laku  yang di dorong oleh Erg. Titik-titik ini disebut Dynamic Crossroad. Dynamic Crossroad ini terdiri atas 6, yaitu:

1.      Pertama: individu memulai usaha untuk mendapatkan pemuasan bagi erg tertentu.

2.      Kedua: keadaan kemungkinan keempat atau frustasi saat individu dihadapkan pada rintangan.

3.      Ketiga: indiividu bereaksi dngan marah pada suatu rintangan nnamun tidak mampu mengatasinya.

4.      Keempat: individu meninggalkan erg yang bersangkutan dan berpindah dari penyesuaian lahir ke penyesuaian batin.

5.      Kelima: Individu melakukan penekanan.

6.      Keenam: keadaan penekanan tidak stabil.

Kesimpulannya adalah sangat banyak dimensi kepribadian yang bisa dan perlu diperhitungkan. Struktur sifat memerlukan pemahaman hubungan yang disangkutkan dengan tujuan tertentu. Selain itu, perkembangan sebagai proses belajar melahirkan pemahaman bahwa perkembangan merupakan suatu hal  yang sangat penting dalam proses belajar.

Kurang lebihnya begitu ya, Nans. Silahkan buat Nans yang mau menambahkan biar makin lengkap, Nana seneng banget.

Selamat belajat, semoga bermanfaat. Sampai ketemu di artikel-artikel selanjutnya yaa.

Wassalamu’alaikum…


Daftar Pustaka

Alwisol. (2017). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Chaplin, J. P. (2014). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.

Ewen, R. B. (2014). An Introduction to Theories of Personality ed.7. New York: Psychology Press.

Suryabrata, S. (2016). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Press.

 

 

 

 

 

 

 

 

TEORI KONSTRUK PERSONAL-GEORGE A. KELLY

oleh:

Nama                          :Alia Nanda Rumekti 19310410066

Mata Kuliah              : Psikologi Kepribadian II

Dosen Pengampu      : FX. Wahyu Widiantoro, S. Psi., M. A

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

Assalamu’alaikum, Nans..

Semoga sehat selalu ya…

Nah, hari ini Nana akan ngajak kalian semua untuk belajar bareng tentang Teori Konstruk Personal dari George A. Kelly.

George A. Kelly adalah salah satu tokoh psikologi yang lahir pada 28 April 1905 dan wafat pada 6 Maret 1967. Teori yang paling terkenal dari George A. Kelly adalah teori Konstruk Personal. Teori ini sering disebut juga metateori atau teori yang memuat teori-teori. Teorinya ini mencoba menjelaskan tentang cara manusia melihat realitas dunia dan mengambil tindakan.

Oke Nans, sebagai pembukanya Kelly memberikan gambarannya tentang manusia. Pandangannya yaitu manusia sebagai ilmuwan, ilmuwan sebagai manusia, dan alternativisme  konstruktif.

1.      Manusia sebagai ilmuwan

Nah, menurut Kelly, manusia itu selalu melakukan layaknya yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam kesehariannya. Manusia selalu melakukan pengamatan, membuat “teori-teori”, mengujinya, kemudian hasil atau keputusannya ini adalah keputusan terbuka. Kok keputusan terbuka? Iya, Nans. Keputusan  yang dihasilkan ini  masih bisa mengalami perubahan atau bisa dipikir-pikir lagi kedepannya.

 

2.      Ilmuwan sebagai manusia

Kalau manusia sebagai ilmuwan, berarti ilmuwan juga dapat dikatakan sebagai manusia. Makanya, pernyataan ilmuwan harus dinilai sama dengan sikap manusia umumnya dalam melihat.

 

3.      Alternativisme konstruktif

Maksudnya adalah manusia selalu punya cara alternatif dalam melihat sesuatu.

 

Teori ini memiliki satu asumsi dasar dengan sebelas konsekuensi pendukung. Asumsi dasar teori ini adalah individu mengembangkan keyakinan untuk membantunya mengantisipasi peristiwa-peristiwa. Maksudnya asumsi dasar itu adalah perilaku manusia baik pikiran dan tindakannya diarahkan oleh masa depan, Nans. Nah, Selanjutnya, sebelas konsekuensi pendukungnya adalah:

1.      Konsekuensi konstruksi: tidak ada yang peristiwa yang benar-benar sama, hanya kejadian serupa dipersepsikan sebagai sesuatu yang sama.

2.      Konsekuensi individualitas: .memiliki sumber pengalaman yang berbeda dan melihat peristiwa yang sama dengan cara yang berbeda.

3.      Konsekuensi organisasi: manusia mengorganisasikan kejadin yang serupa dengan cara meminimalisir ketidaksepadanan dan ketidakkonsistenan

4.      Konsekuensi dikotomi : manusia harus mampu membedakan setiap peristiwa

5.      Konsekuensi pilihan manusia memiliki tindakan yang paling memungkinkan untuk memperbanyak pilihan di masa depan.

6.      Konsekuensi jangkauan konstruk terbatas pada suatu jangauan praktis yang tidak selalu relevan di setiap situasi.

7.      Konsekuensi pengalaman manusia terus menerus merevisi konstruk personal sebagai hasil pengalaman.

8.      Konsekensi modulasi beberapa pengalaman baru tidak mengarah pada revisi konstruk personal karena terlalu solid.

9.      Konsekuensi fragmentasi: Perilaku manusia kadang tidak konsisten karena sistem konstruk dapat menerima elemen yang tidak sepadan.

10.  Konsekuensi persamaan :  saat memiliki pengalaman yang sama dengan orang lain maka konstruk personalnya cenderung menjadi mirip dengan sistem konstruksinya.

11.  Konsekuensi sosial : orang mampu berkomunikasi dengan orang lain karena mereka dapat menginterpretasi konstruksi orang tersebut.

 

Lanjut ya, Nans…

Kelly mendefinisikan orang yang sehat secara psikologis adalah orang yang mampu menyesuaikan atau melakukan validasi antara konstruk personalnya dengan pengalaman di dunia nyata. Sebaliknya, orang yang tidak sehat secara psikologis akan bertahan pada konstruk personalnya yang sudah kadaluarsa. Salah satu penemuan yang fenomenal dari Kelly adalah Rap Test. Rap Test ini bertujuan untuk memandang cara manusia memandang orang lain yang penting dalam hidup. Ada lagi Nans, yang nggak kalah pentingnya yaitu psikoterapi dari Kelly. Yaitu terapi peran-tetap, yang dilakukan dengan cara klien diminta melakukan peran yang telah ditenukan sebelumnya. Kemudian hal ini dilakukan secara terus menerus hingga peran inti dan peran sampingan mereka berubah saat orang lain bereaksi berbeda.

            Kesimpulannya, menurut teori Kelly ini manusia selalu menjalani berbagai proses untuk mengambilan keputusan. Manusia mungkin memiliki kesamaan perstiwa tetapi memiliki cara yang berbeda dalam memandang peristiwa itu. Sehingga setiap proses yang dijalani dan keputusan yang dihasilkan merupakan keputusan yang terbuka- dapat berubah atau dipikirkan kembali kedepannya.

Kurang lebihnya begitu ya, Nans. Silahkan buat Nans yang mau menambahkan biar makin lengkap, Nana seneng banget.

Selamat belajat, semoga bermanfaat. Sampai ketemu di artikel-artikel selanjutnya yaa.

Wassalamu’alaikum…

 

 

Daftar Pustaka:

 

Feist, J. & Feist, J. G.(2011). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Sawitri, D. R. (2009). Postmodernisme dan Family Therapy Berbasis Belief System dan Narrative. Jurnal Psikologi Undip, 5(1).

Ummah, D. M. (2020). 15 Warna Psikologi untuk Moloku Kie Raha. Malang: Intelegensia Media.